Setetes embun mengawali pagi ini, kicauan
burung yang bersautan semakin membuat semangat memulai hari ini. Yah tahun
ajaran baru dimulai, mungkin sebagian siswa senang menyambutnya karena bisa
masuk sekolah lagi tapi sebagian siswa sebaliknya karena masuk sekolah berarti hari libur telah
usai. Aku berbeda dengan anak lainya
mungkin 1 atau 2 tahun sekali aku harus pindah-pindah sekolah, bukan..bukan
karena aku ada masalah di sekolahitu dan mewajibkanku pindah sekolah, tapi
karena ayahku setiap tahun pindah tugas dari kota satu ke kota lainnya bahkan
masuk pulau keluar pulau. Aku harus memahami pekerjaan orang tua ku, aku harus
pandai-pandai beradaptasi di lingkungan sekolah-sekolah ku yang akan aku
singgahi. Sekarang aku kelas 11 SMA,
ayah menempatkanku di SMA PELITA ya katanya SMA ini salah satu SMA swasta favorite
di kota ini. “Ve, ayah tinggal ya baik-baik di sekolah” pesan ayahku sebelum
meninggalkan sekolah untuk kembali bekerja. Aku hanya mengangguk-angguk. Aku
mengikuti langkah guruku yang mengantarkanku menuju kelas 11IPA-4. Sengaja aku
berjalan agak lambat karena ingin melihat lingkungan sekolah ini, tampaknya
nyaman dan terdapat taman di sisi belakang dilengkapi gazebo-gazebo.”Ve.. ayo
percepat langkahmu sebentar lagi pelajaran pertama akan segera dimulai” kata Bu
Sinta. Di sekolah ini memang seperti itu 15 menit sebelum pelajaran pertama
diberi waktu untuk membersihkan kelas ataupun membenahi kelas.
“Baik Ve ini kelasmu, ayo masuk “ kata bu
Sinta. Aku hanya mengangguk .
“Anak-anak silent please!!” Bu Sinta sambil
menepuk 2 tepukan tangan dan menyuruh para siswa agar diam.
“OK, kelas kita kedatangan murid baru pindahan
dari Jogja, baik silahkan Ve perkenalkan dirimu.”
Aku masih sibuk memandangi isi seluruh kelas,
bukan-bukan aku tidak grogi ini sudah kebiasaanku tiap tahun untuk mengulangi
memperkenalkan namaku, mungkin asal kota ku saja yang berubah. “Baik bu,
perkenal....” belum sempat aku meneruskan tiba-tiba pintu kelas diketuk lalu
ada satu siswa cowok yang masuk tampilan cowok itu berantakan rambut tak
disisir dan baju dimasukkan dengan asal-asalan, namun satu yang membuatku aneh
di lehernya dikalungkan sebuah camera.
“Permisi bu, maaf saya terlambat”
“Aji lagi-lagi kamu terlambat. Alasan apalagi
yang mau kamu buat ? kesiangan, ban bocor apalagi ?”
“Maaf bu alarm saya lagi eror”
“Ya sudah duduk sana. Baik Ve teruskan
perkenalan kamu”
Aku mengangguk. “Baiklah nama saya Veanda
Prawitasari panggil saja Ve, saya pindahan dari SMA SANJAYA Jogja”
“Baik Ve, silahkan duduk di samping Aji”
“Baiklah anak-anak buka buku Paket Kimia
halaman 101”
“Hay Ve aku Rena dan ini Dera"
“teet
...teet” bel berbunyi dan waktunya istirahat. “Ve ayuk ke kantin yuk” aku laper
sekali , aku tak menolak ajakan Dera dan Rena. “Bu baksonya satu ya nggak pakai
sayur” setelah bakso jadi, aku membawanya dan melihat sekeliling mencari bangku
yang kosong, tampak Dera dan Rena melambaikan tangan dan menyuruhku
menghampirinya, ternyata Dera dan Rena sudah mencarikanku tempat kosong.
“kamu
gak makan Der ?”
“Ah
kamu Ve, Dera lagi diet tuh” ejek Rena
“apasih
Ren diet apaan ? aku lagi males makan aja” jawab Dera sambil cemberut
“Bohong
tuh Ve, dia barusan putus sama pacarnya jadi galau gini deh” jawab Rena
“Oh
penyakit cewek”
Kemudian aku, Rena dan Dera tertawa bersama.
“Eh
tau teman kita sekelas tadi yang telat itu namanya siapa?”
“Oh
si Aji. Kenapa Ve ?” tanya Dera penasaran
“Enggak,
kok aneh gitu ya”
“Oh
tentang dia suka bawa kamera ? tanya Rena
“Itu
tuh Ve dia suka motret-motret gitu deh, katanya foto itu nyawanya”
“Oh.
Eh balik yuk kayaknya mau masuk nih” ajakku pada Rena dan Dera
JJJ
Oh Aji Pamungkas nama lengkapnya alumni SMP
PELITA Jogja. Hah ? dia juga pindahan dari Jogja? Hobinya Fotografer. Iya-iya
setelah itu aku memencet pada tulisan Album. Gila ... bagus-bagus juga hasil
jepretanya terkesan alami banget natural. Setelah selesai aku segera menutup
facebook. Lalu kembali berkutan dengan buku untuk mengerjakan PR yang diberikan
Bu Sinta tadi.
’’ Ya ampun aku lupa beli bahan praktikum
biologi buat besok” batin aku. Mau tidak Mau aku segera megambil sepeda lalu
bergegas ke toko untuk membeli bahan-bahan praktikum.
“Mas
ada plastisin ?” ada suara lain yang mengatakan. Dan saat ku toleh ternyata Aji
yang menanyakan hal yang sama. Dan kulirik dia masih mengkalungkan camera di
lehernya.
“Ada
dek butuh berapa?”
Jawab
bersamaan “satu”
“Maaf
dek tinggal satu, tadi siapa yang duluan ?” tanya mas penjual
“Saya”
jawab bersamaan lagi
“Ya
udah mas buat cewek ini aja” Aji mengalah
Hah
? cewek ? aku kan punya nama. Kebangetan banget itu anak padahal aku juga udah
kenalan di kelas. Sabar aja deh. Setelah aku membayar di kasir, aku bergegas
pulang karena sudah semakin malam juga. Tapi ketika aku mau meaiki sepeda ada
yang beda rasanya. “Aseeem ban bocor lagi mana ini udah malam” batinku. Aku
hanya berjalan dan melirik kanan kiri mencari tukang tambal ban yang masih
buka, sedikit takut karena aku belum begitu mengenal daerah ini karena aku baru
tinggal di sini. Aku mendapatkan alamat toko iyu pun dan denah jalan yang harus
kulalui buat ke toko itu dari Dera.
“Kenapa
? Ban lo bocor?”
Aku
kaget. “Sepertinya aku kenal suara ini” batinku. Yah bener itu suara Aji
“Iya
tau nih bocor tiba-tiba” jawabku”
“Ayo
jalan dikit lagi ada Tukang tambal ban di seberang”
Kemudian
aku mengikuti apa kata Aji. Dia nggak bohong, beneran di seberang ada tukang
tambal ban. “Fiuuuuh untung masih buka ya ?”
“Kapanpun
juga buka. Liat papanya” jawab Aji smbil cuek
“Ah
bodoh banget jelas-jelas ada tulisanya BUKA 24 JAM. Ah bodoh Ve bodoh” batinku
Setelah sampai di tukang tambal ban aku segera
memarkirkan sepeda. Sumpah haus banget mau minum tapi nggak bawa minum.
“Ambil
di tas” jawab Aji sambil memutar lensa kamera.
Aku
hanya menuruti kata Aji. Aku membuka tasnya, ternyata ada sebotol air putih.
Busyeet ini anak kok bisa baca pikiran aku jadi ngeri.
“Udah
selesai tuh. Gue pergi dulu” jawabnya sambil meraih tas
Aduh aku belum sempet bilang terimakasih tapi
Aji udah pergi, botol nya juga masih ke bawa. Aduh ini gimana ?
JJJ
Aku
menghampiri bangku Aji. “Ji ini botol minum mu kemarin lupa ngembaliin. Oh ya
makasih ya kemaren” . aku menunggu Aji menjawab, eh dia malah memasukkan botol
lalu pergi ke luar kelas.
Dera dan Rena segera menghampiri aku “Ve,
habis kencan sama Aji ya ?” seldik Rena.
“Oh kamu kemaren tanya-tanya Aji ternyata..”
ejek Dera.
“Nggak kok” jawabku
“Terus itu pipimu merah artinya apa? Jawab
Dera
“Gini nih, kemaren ban ku bcor habis beli alat
praktikum terus ketemu Aji deh dikasih tau tempat tambal ban”
“Ohhhhh..” jawab Rena dan Dera bersamaan.
“Eh aku ke perpus dulu ya mau baca-baca, mau
ikut ?
Rena dan Dera menggeleng.
Entah
hari ini aku ingin pergi ke perpus. Saat melewati lorong aku lihat Aji sedang
mengambil gambar anak basket yang sedang latian di lapangan.
“Heh
elo? Apa liat-liat” tunjuk kak Kevin
kearahku
“Saya?
Enggak kok kak. Aku lagi liat anak basket.”
“Gak
usah alasan. Ayo ikut aku.”
“kemana
kak ?” aku nggak tau kenapa kak Kevin mengajak aku kegazebo taman , padahal aku lagi ngelihat Aji. Tapi
kenapa kak Kevin yang ngerasa diliatin ? . Oh ya Kevin Yudhistira kakak kelas yang
juga cinta photografi, dia keren dan banyak cewek yang mengantri buat jadi
pacaranya itu kata Rena dan Dera.
“Nama
lo Veanda kan ? pindahan SMA Pelita.”
“I.........ya
kak” jawabku. Jujur aku gak tau harus ngelakuin apa.
“Minggu
ada acara nggak ?”
“nggak
kak, kenapa?” jawabku sambil gemeter karena di sekitar taman banyak para cewek
yang merhatiin aku dan kak Kevin.
“Aku tunggu di Louise Cafe ya jam 7 pagi.
Please jangan nolak”
Belum sempet aku jawab kak Kevin sudah pergi.
Entah ada sesosok mata yang sedari tadi memperhatikan percakapan aku dan kak
Kevin, dia bersembunyi dibalik pohon.
JJJ
Minngu 07.00
Aku
baru tiba di Louise Cafe telat 5 menit. Aku liat kak Kevin duduk di pojok
sambil melihat pemandangan yang dihalangi oleh kaca. “Maaf kak aku terlambat”
“Gak
papa. Ini bukan sekolah kok harus datang tepat waktu” jawab kak Kevin
“Ayok
kita pergi” ajak kak Kevin
“Kemana
kak?” tanyaku
“Rahasia,
ntar kalau aku bilang nggak rahasia dong.”
Ternyata
kak Kevin mengajakku ke sebuah Pameran Photografi, disana sangat ramai sekali
dan yang pasti dipenuhi oleh hasil jepretan-jepretan handal photograper profesional.
“Kamu
tunggu disini bentar ya Ve, aku mau kesana bentar”
Aku
mengamati jepretan-jepretan yang di pamerkan. Dari yang warna, hitam putih
semuanya bagus, aku sangat kagum.
“Ve..
kamu gak papa kan ? baik-baik aja?” tanya kak Kevin dengan wajah khawatir
“Enggak
kok Kak, kok kakak khawatir banget?” tanyaku
“Nggak
nggak papa, ayuk Ve ke sebelah sana masih banyak lagi yang lebih bagus-bagus”
ajak kak Kevin sambil meraih tangan ku. Entah aku merasa ada sepasang mata yang
memandangku dengan wajah kesal campur amarah.
“Nah
ini nih Ve hasil jepretanku. Bagus enggak?” tunjuk kak Kevin
“Bagus
kok kak” jawabku. Entah dapat bisikan darimana mataku langsung menuju arah
bingkai di sebelahnya dan pada bawahnya tertulis Aji Pamungkas hasil jepretan
nya sangat bagus terkesan natural. Belum lama aku mengamati foto itu kak Kevin
mengajakku keluar untuk mencari makan.
JJJ
“Ciyee
yang kemaren habis jalan sama kak Kevin, udah ditembak belom” tanya Dera
“Iya
tuh pakai mesra banget gandengan tanganya” ledek Rena
“Apasih
kalian, Cuma jalan biasa kok, kantin yuk” jawabku standar
Belum sempat sampai ke kantin mataku berbelok
ke arah lapangan basket, sekali lagi aku mengamati Aji sedang sibuk memainkan
kameranya. “Ve ayo katanya ke kantin ?” panggil Rena.
“iya
kalian duluan aja, aku masih ada urusan” jawabku pada Rena dan Dera.
Aku urungkan niat ke kantin, aku segera
menghampiri Aji sekedar ingin mengucapkan selamat atas fotonya pada pameran
kemarin. Namun Aji sudah tidak ada pada lapangan basket lagi, aku menghela nafas
“Yah hilang lagi” batinku. Akhirnya aku menyusul Rena dan Dera ke kantin.
“Urusan
apa sih Ve?” tanya Dera penuh selidik
“Nggak
apa-apa kok” sambil menyerebot minuman Rena
“Eh
eh aku belom minum tau, kan yang beli harus minum duluan”
“Hehe
maaflah Ren haus nih” sambil aku menyeruput minuman Rena lagi, mataku menangkap
sosok Aji. Oh ternyata dia lagi di taman.
“Eh
bentar ya ada urusan lagi, yang tadi belum kelar daaaaa...” sambil kulaimbakan
tangan pada Rena dan Dera. Dan mereka melambaikan tangan dengan wajah bingung.
Aku segera menuju gazebo taman pojok utara
taman, aku tak ingin kehilangan jejak Aji lagi. Aku beranikan diri menghampiri
Aji.
“Hai
Ji” sapaku. Tetapi seperti biasa dia tak menjawab. Aku ulangi lagi membuka
pembicaraan.
“Eh
ngomong-ngomong hasil jepretanmu kemaren di Pameran Fotografi bagus banget deh”
pujiku dari dalam hati. Tapi setelah sekian detik Aji tetap saja tak membuka
mulutnya. Entah aku berpikir positif aja. Ah barangkali Aji lagi sariawan.
“Eh
yaudah Ji, aku Cuma mau ngomong itu. Aku balik ke kelas dulu ya byeee ”
Setelah beberapa langkah aku meninggalkan Aji
aku melihat belakang lagi. OMG ternyata dia masih seperti tadi dan dengan
posisi tetap, aku sangat geregetan sekali, hargain kek jawab dikit diajak
ngomong malah diam aja.
“Hey
Ve, wajah kusut bener ? habis ngapain ?” tanya Rena
“Gak
papa kok” jawabku seperti biasa hanya standart
“Baiklah
anak-anak Ibu akan membagikan kelompok praktikum kita kali ini. 1 kelompok du
anak ya.”
“Ya
Rena dan Diko, Dera dan Vino, Reta dan Rendy, Veanda dan Aji”
“Matih,
sama manusia patung itu” gerutuku dalam hati. Dan Rena, Dera hanya melihatku
bertanya melalu isyarat apakah aku baik-baik saja. Aku hanya mengangguk kepada
mereka meyakinkan bahwa aku baik-baik saja.
“Oke
anak-anak kalian bisa melakukan praktek sekarang, untuk laporan saya kasih
waktu 2minggu”
“Baik
bu” jawab anak-anak.
Aku menghampiri Aji untuk mengajak memulai
praktikum. “Ji ayo kerja “ ajakku, tapi seperti biasa dia hanya diam tanpa
seucap jawaban. “Tenang ...tenang, sabar Ve kerjain sendiri aja dulu, dicoba”
aku hanya menenangkan diriku sendiri. Aku memulai mengambil alat-alat untuk
praktikum, lalu aku menyiapkan bahan dan memasangkan alat-alat tersebut lalu
memulai uji coba. Aku lirik Aji, dia malah sedang menjepret teman-teman yang
lagi ngerjain praktikum aku semakin kesal.
“Oke
anak-anak karena waktu sudah habis. Bersihkan alat-alat praktikum lalu
kembailkan pada tempatnya. Jangan lupa laporan dikumpulkan 2minggu lagi”
“Nih,
data udah aku catat semua. Karna kamu nggak mau kerja tadi, buatin laporan
praktikum” sambil aku melempar buku ku.
“Ve
....” panggil kak Kevin di pintu lab. Biologi
Aku tak menghiraukan Aji lagi, aku segera
mengahampiri kak Kevin.
“Yuk
aku anter pulang.” Ajak kak Kevin
“Yuk
kak” aku segera ke kelas untuk mengambil tas. Entah ada lirikan tajam dari
kedua sorot mata yang samar-samar terlihat.
“Loh
kak, kok lurus gak belok ?” tanyaku
“Iya
makan siang dulu yuk “ ajak kak Kevin
Mobil kak Kevin tiba di Louise Cafe. Aku turun
kemudian membuntuti kak Kevin auntuk mencari meja yang kosong. Cafe ini memang
enak dan nyaman untuk nongkrong anak ramaja, tidak hanya indoor cafe i i juga
menawarkan tempat duduk outdoor yang dikeliingi taman.
“kamu
mau pesen apa ?”
“Terserah
kakak aja”
“Yaudah.Mba
orens juice 2, nasi goreng 2”
“Emmmm
Ve lo mau gak jadi cewek gue ?”
“Hah?”
aku tersedak
“Ini
ini Ve tisu. Tapi kamu nggak perlu jawab sekarang kok”
Aku masih pikir-pikir kenapa nggak ? kak Kevin
juga baik, perhatian, gak cuek kayak Aji. Hah ? Aji? Ngapain aku pikirin dia?
Suka juga nggak Cuma sekedar kagum doang sama foto-fotonya gak orangnya.
“Ve?”
kak Kevin menggerakkan tanganya di depan wajahku. OMG aku ngelamun.
“ehhh
iya kak aku mau” kataku tanpa sadar.
Kemudian kak Kevin meraih tanganku dan menggenggamnya.
“Ve
pulang yuk udah sore banget ntar kamu dimarahin orang tua, tadi kan nggak
pamit” ajak kak Kevin.
JJJ
“Ehm
ehm ada yang baru jadian nih “
“Loh
? masih diam aja tuh Der. PJ PJ nya mana ?”
“kok
tau?”
“Ya
iyalah Ve, kalo yang jadian kak Kevin belom ada sehari aja kabar udah nyebar,
secara kak Kevin kan cowok populer”
“Eh
Der, berarti kak Kevin udah bisa buka hati lagi dong?”
“maksudmu
Ren?” tanyaku penasaran
“Oh
jadi belum tau? Kak Kevin tuh dulu playboy banget. Terus semenjak pacaran sama
Icha dia tuh setia banget gak ganti-ganti cewek lagi”
“Terus
semenjak Icha pindah ke Australia hubungan mereka berhenti. Nah semnjak itu kak
Kevin gak pacaran sama sekali kelihatanya stay di Icha” lanjut Dera
“Terus
sekarang buka hati lagi, buktinya jadian sama kamu. Selamat ya Ve “ kata Rena
“Oh
iya-iya” aku duduk lalu di mejaku ada sebuah makalah.
“Eh
Der tau gak ini makalah praktikum siapa? Mana dilampiran ada fotoku yang lagi
ngerjain praktikum dengan wajah gak banget”
“Aduh
neng, baca dong dibawahnya jelas-jelas ada nama Veanda Prawitasari dan Aji
Pamugkas” jawab Dera
“Gila
kamu Ve makalah sehari udah jadi, aku aja belum terjamah” kata Rena sambil
menghampiri meja ku
Oh bertanggungjawab juga itu anak aku beri
tugas, mana cepet banget sehari udah kelar. Kalo aku yang ngerjain mugkin belum
kelar mana makalah juga akurat banget, rapi, sempurna banget pokoknya.
“Gak
tau yang ngerjain Aji kok” kata ku
“Hah
? Rajin bener ?padahal dia suka males lo
Ve kalo suruh ngerjain kayak gini” jawab Dera
“curhat
tuh Ve yang pernah kelompokan sama Aji” ledek Rena
Saat aku mau meletakkan tas di laci ternyata
aku lihat ada bunga dan kartu ucapan berwarna biru.
Nice
day, Dear. Besok aku jemput jam 7 pagi
“Ve
kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Dera
“Itu
tuh Der kayak gak tau orang pacaran aja” ledek Rena sambil menunjuk bunga yang
aku bawa
“Aduh
kak Kevin emang so sweet bener”kata Dera. Aku hanya tersenyum.
“Ve
besok main yuk, besok kan libur” ajak Dera
“Ve
gak bisa tuh Der, tuh di kertas udah diajak maen sama kak Kevin. Eh kencan deh”
jawab Rena.
“Ciyeeeeeeee.
Yaudah kapan-kapan aja” ledek Dera
JJJ
Minggu, 07.00
Pagi-pagi
benar aku segera mandi. Lalu memilih-milih baju yang akan aku pakai. Soalnya
nya kan ini jalan sama kak Kevin sebagai pacar bukan lagi temen hehehe. Tin...
tin.... itu pasti suara mobil kak Kevin. Aku segera lari kedepan.
“Hay
Ve” sapa kak Kevin dengan senyumnya
“Hay
kak, ayo” kata ku dengan semangat
“Silahkan
masuk Tuan Putri”
“Apasih
kak? Aku kan jadi malu” , entah semenjak jadian aku masih enak memanggil kak
Kevin dengan sebutan kakak.
“Kamu
seneng gak Ve, bunganya kemarin?”
“Seneng
kak, makasih yah”
“Udah
nyampai nih Ve ayo turun”
Kak Kevin mengajakku ke sebuah taman. Lalu
kita membeli es krim dan lalu mencari tempat duduk. Tiba-tiba hp kak Kevin berbunyi. Lalu dia
minta ijin mau mengangkatnya.
“Eh
Ve kamu tunggu sini bentar ya. Aku harus ke Bandara dulu mau jemput. Kamu
jangan kemana-mana nanti aku kesini lagi”, setelah mengangkat telepon itu kak
Kevin tampak bahagia sekali, dan perasaan menggebu-gebu ingin segera menjemput.
Belum sempat aku menjawab kak Kevin sudah
jalan ke parkiran mobil. Toh bandara juga deket kok batinku. Eh tapi jemput
siapa ya? Orang tua nya kan gak kemana-mana. Ah barangkali saudaranya mau kesini.
Setelah aku tunggu berjam-jam dan hari semakin sore, langit tak cerah lagi
karena ditutupi oleh mendung. “Mau turun ujan deh” batinku. Tapi kak Kevin juga
belum muncul. Aku tak berani meninggalkan taman, karena kak Kevin berjanji akan
kembali kesini. Rintikan hujan kecil mulai turun, aku tak beranjak dari taman
itu, tak lama hujan turun deras. Ada yang menepuk pundakku dari belakang.
“Lo
mau sakit ya ? udah tau ujan masih aja disini?”
Aku
lihat ternyata Aji. Hah? Sejak kapan dia disini?
“Udah
gausah nungguin Kevin, dia nggak bakalan dateng. Ayo pulang” sambil aji
mengalungkan jaketnya ke aku.
Aku
sudah menggigil kedinginan. Akhirnya aku mengikuti ajakan Aji untuk pulang.
Setelah sampai rumah. Aku segera mandi memakai
air hangat. Dan besoknya aku tidak masuk sekolah karena demam.
JJJ
Siang,
setelah pulang sekolah Rena dan Dera datang ke rumahku.
“Hey Ve kamu sakit apa sih ?” tanya
Dera
Aku tak menjawab tapi aku ambil tangan
Dera lalu aku tempelkan ke dahi.
“Oh panas?”
“Nih Ve aku bawain bubur ayam, masih
panas nih”, Rena sambil meyuapi aku bubur
“Eh kok tumben gak tanya gimana
kencanku?”. Dera dan Rena hanya saling berpandangan, lalu sikut-sikutan.
“Oh, gak papa deh” jawabku. Kemudian
kita ngobrol seperti biasa dari topik ini sampai ke topik lainnya.
“Udah sore Ve, kita pulang dulu ya.
Cepet sembuh” ajak Rena pada Dera
“makasih ya”.
Entah semenjak kemaren kak Kevin belum
menanyakan keadaanku sama sekali. Hanya saja kemarin terakhir lewat pesan
singkat meminta maaf karena tidak bisa jemput.
JJJ
“Hay
..” sapa ku pada Dera dan Rena yang lagi nyalin PR di kelas.
“Ve?
Udah sembuh ya ?” Dera menghampiriku lalu memelukku
“Lagi
nyalin PR apa?” tanyaku.
“Matematika
nih, soalnya jam pertama” jawab Rena
“Jaket
siapa tuh Ve?” tanya Dera
“Jaket
Aji” jawabku singkat
“Oooh”
jawab Rena sama Dera. Untung mereka nggak nanya yang aneh-aneh soalnya lgi
sibuk sama PR matematika yang lagi disalin. Aku segera menaruh jaket Aji di
bangkunya.
“Teman
teman jam Matematika kosong soalnya Bu Dora lagi nunggu anaknya di Rumah Sakit”
pengumuman dari Diko selaku ketua kelas. Seluruh siswa langsung bersorak.
“Ve
ke kantin yuk , laper” ajak Rena d
“Yuk
aku juga”
Aku masih memikirkan kenapa kak Kevin belum
menanyakan kabarku sama sekali ?. kemudian aku melihat kak Kevin sedang makan
di kantin dan... dengan siapa dia? Disuapi mesra oleh cewek berambut panjang,
cantik dan aku belum pernah sama sekali melihat cewek itu di sekolah ini. Aku
memberanikan diri tanya pada Dera.
“Der?
Itu siapa?” tayaku sambi aku menahan air mata
“Eeee
itu Ve dia...dia itu yang namanya Icha. Dia udah netap di Indonesia dan dia
sekolah lagi disini” jawab Dera
“Sorry
Ve, kemaren aku mau beritahu kamu kalo kaaaaak Kevin balikan sama Icha, tapi
aku nggak tega Ve. Kemaren lusa dia jemput Icha ke Bandara” lanjut Rena.
Kemudian aku lari menghampiri kak Kevin.
“Kak
kita putus” tanpa menunggu kak Kevin menjawab aku lari dan lari menuju loteng.
Aku duduk dan tertunduk, aku hanya menangis, mungkin aku hanya pelarian kak
Kevin setelah ditinggal Icha pergi. Dan seperti sekarang Icha kembali, kak
Kevin belum pernah terlepas dari Icha. Bodoh aku tak pernah berfikir hal
panjang itu. Aku menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba ada suara hentakan kaki
menuju ke loteng. Aku segera menyeka air mata.
“Aji?”
aku segera memeluk Aji entah aku tak memikirkan apapun. Yang aku pikirkan aku
hanya butuh bahu untuk menopang tangisku ini. Aji kemudian menenangkan aku.
“Sudahlah
Ve dia nggak baik buat kamu.”
“Iya
Ji, kamu bener dia nggak akan jemput aku di taman. Tapi dia jemput Icha di
bandara” aku masih menangis dalam pelukan Aji.
“Sudah
Ve kamu tenang ya” Aji sambil menyeka air mata ku.
“Kamu
kayaknya nggak enak badan lagi, aku anter pulang yuk”
Tanpa ngomong apa-apa lagi aku hanya bisa
mengangguk. Kemudian Aji menuju ke ruang piket untuk mencarikan aku surat ijin
pulang, sedang Rena dan Dera membereskan buku dan mengambil tasku.
Saat perjalanan pulang tiba-tiba Aji berhenti
pada sebuah taman.
“Kayaknya
kamu butuh tenang, ayo jalan-jalan di taman yuk”
Entah apa maksud Aji yang tiba-tiba sangat
perhatian padaku. Dan aku hanya mengangguk tak menolak ajakannya. Kemudian Aji
menyuruhku duduk.
“Bentar
ya aku beli es krim dulu kamu jangan kemana-mana. Tenang aku balik kok.”
Aji mencoba meyakinkanku. Aku hanya tersenyum.
Tak lama kemudian Aji balik membawakan dua es krim coklat.
“Ji
kenapa kamu kerjain makalah praktikum cepet banget? Kata Dera kamu biasanya
males banget ?”
“Oh
itu? Kan biar cepet selesai”
“Aji?
Aku serius!” mukaku dengan wajah sok galak
“Ya
nunjukin ke kamu kalau aku bertanggungjawab juga kalu diberi tugas. Kalo soal
Dera? Aku males nylesein soalnya dia cerewet banget.”
“Trus
kenapa waktu praktikum nggak mau kerja?”
“Oh.
Biar bisa jepret kamu, lucu tau kalau kamu lagi cemberut kesel gitu”
“Pantesan
di lampiran ada fotoku yang gak banget itu. Eh bentar-bentar sejak kapan
seorang Aji ngomongnya pakai aku sama kamu?”
Aji kemudian menggaruk kepala. Lalu tertawa.
“Nah
gitu dong ketawa”
“Ternyata
kamu nggak secuek yang aku bayangin ya Ji”
“Ve?
Aku tau kok waktu di lapangan basket kamu mandangin aku kan? Tapi yang
nyamperin kamu malah Kevin. Aku juga tau kamu pergi ke pameran foto sama Kevin
kan ? tapi kamu sempet mengamati foto hasil jepretanku?. Mungkin kalau kamu
ngeliat aku disana, kamu nggak salah liat itu memang aku.”
“Kamu
kok bisa tiba-tiba datang ke taman waktu itu?”
“Iya
diam-diam aku selalu buntutin kamu sama Kevin. Aku takut kamu diapa-apain
Kevin”
“Emh
Ve kamu tahu nggak maksud ku itu semua?”
Tangan Aji tiba-tiba meraih tanganku. “Aku tuh
sayang sama kamu”
Entah aku hanya diam tak bisa berkata-kata.
Sebegitukah perhatian Aji pada aku ?
“Ve
kamu mau nggak jadi pacar aku ?”
“Ji?
Aku udah lama pengen denger kata-kata ini. Soalnya aku sering merhatiin kamu
pas lagi jepret itu karena akau juga sama kamu.”
“Jadi
kamu mau jadi pacarku ?”
“Eiiitss
tunggu ..aku mau tapi kamu harus memotret ku , masak aku terus merhatiin kamu
motret orang lain?” wajahku sambil cemberut.
Kemudian
Aji mulai memainkan kameranya. “OK 1..2...3... cheeers”
end
0 komentar:
Posting Komentar